Pada masanya, pasukan kekhilafahan Turki Utsmani dikenal
sangat hebat. Kota Konstantipel sebagai pusat Romawi di Timur pun takluk di
bawah pimpinan Muhammad Al Fatih pada tahun 1453. Sekalipun demikian, ada
perbedaan yang cukup mendasar antara futuhat
(pembukaan) berbagai wilayah dunia pada masa awal Islam dengan sesudahnya.
Generasi
awal umat Islam dulu tidak hanya membawa kekuatan militer, namun juga menyampaikan
bahasa Arab dan berbagai tsaqofah Islam dalam bentuknya yang murni. Namun pada
masa Turki Utsmani, mereka mengabaikan penyebarluasan bahasa Arab dan tsaqofah
Islam lainnya. Keunggulan futuhat
pada masa awal Islam dulu tampak jelas pada kemampuan intelektual masyarakat
Islam yang berhasil dibangunnya.
Sebagai
contoh adalah Imam Bukhari ahli hadits yang terkenal itu. Ada sejumlah patokan yang
beliau pakai dalam mengumpulkan, menghimpun, dan menyeleksi berbagai hadits
nabi. Salah satunya dengan cara menganalisa gaya bahasa sebuah hadits. Beliau
akan menerima atau menolaknya berdasarkan gaya bahasanya. Hal ini tentu saja
menunjukkan pemahaman beliau yang luar biasa dalam bahasa Arab. Padahal beliau
lahir jauh di luar semenanjung Arab. Keistimewaan beliau tersebut tentunya
tidak lepas dari kehebatan orang-orang yang membawa Islam dan bahasa Arab ke
wilayahnya.
Pribadi
seperti Imam Bukhari ternyata tidak hanya seorang. Bahkan mayoritas ulama
terkenal generasi kedua dan ketiga di awal Islam dulu berasal dari luar semenanjung Arab. Namun sayang, sejak
awal abad ketujuh Hijriah umat Islam mengalami kemunduran berpikir. Sejak masa
kekuasaan Mamalik bahasa Arab diabaikan. Hal ini berlanjut hingga masa Bani
Utsmaniyah ketika kekuasaan orang-orang Arab digantikan oleh orang Turki.
Pudarnya pemahaman akan pentingnya bahasa Arab berdampak mendalam, bahkan hingga
masa kita sekarang ini.
Sumber: Invasi Politik
dan Budaya Asing (2013) oleh Salim Fredericks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar