Oleh: Adi ST
Salah seorang sahabat nabi, yakni Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu pernah bertanya tentang makna sebuah kata ketika beliau tengah berdiri di mimbar. Seorang Badui berdiri dan menyampaikan sepotong syair yang menjelaskan makna kata tersebut. Umar ra kemudian berpesan kepada kaum Muslim untuk mengingat baik-baik syair-syair (yang ada pada masa itu) karena memuat penjelasan mengenai kata-kata yang ada di dalam al Qur'an.
Upaya pelestarian tersebut diteruskan pada masa-masa berikutnya bahkan sampai berlalunya masa sahabat. Syair-syair terpilih, tata bahasa, dan aspek-aspek lain dari bahasa Arab terus dipelihara oleh generasi kaum Muslim setelah masa sahabat. Berkat upaya tersebut kita sekarang dapat merujuk kepada Al Qur'an dan As-Sunnah. Tentu saja upaya pengambilan rujukan itu harus dibatasi dan dipandu dengan aturan pemahaman bahasa Arab dan dengan aturan yang ditetapkan syariat, yang semua itu dijelaskan dalam ilmu Ushul Fiqh.
Dan sebagaimana kita pahami, kekuatan umat Islam berkembang seiring dengan tingkat pemahaman Islam. Adapun pintu gerbang untuk mendapatkan pemahaman Islam yang tinggi adalah melalui bahasa Arab. Oleh karena itu, pemahaman bahasa Arab yang baik merupakan prasyarat untuk mendapatkan kekuatan umat Islam.
Dikutip dari: Invasi Politik dan Budaya Asing (2013) oleh Salim Fredericks
Tidak ada komentar:
Posting Komentar